LAHATSATU.ID, Lahat – Belum ada tanda-tanda hujan akan turun di Kabupaten Lahat. Warga pun mulai kekurangan air untuk kebutuhan sehari-hari.
Sungai Lematang pun jadi pilihan satu-satunya warga, mlakukan aktivitas seperti mencuci pakaian, mandi dan Buang Air Besar (BAB) di sungai.
Ancaman sungai jadi tercemar, hingga buat kandungan bakteri E-coli jadi meningkat.
Banyaknya aktivitas warga ini, bukan hanya meningkatkan kandungan bakteri E-coli yang berasal dari feses (kotoran) saja. Tingkat keasaman dan kandungan oksigen kimia di sungai jadi ikut meningkat.
Menanggapi fenomena di musim kemarau ini, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Lahat tidak menampik adanya perubahan kualitas air permukaan tersebut.
Hasil pemantauan kualitas air permukaan yang dilakukan DLH Lahat di musim kemarau tahun 2022 lalu, menyatakan memang ada perubahan terkait kualitas air sungai.
“Selain karena banyaknya aktivitas warga, kedangkalan sungai juga mempengaruhi, karena kotoran yang tersangkut jadi sulit terurai,” terang Kepala DLH Lahat, Agus Salman, melalui Kabid Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, Rosivel T Herwin, Kamis 7 September 2023.
Dari hasil pemantauan kualitas air permukaan yang dilakukan DLH Lahat itu, ada lima sungai yang perubahan kualitasnya paling terdampak, masuk kategori tercemar sedang. Yakni Sungai Lawai, Sungai Tabu, Sungai Kungkilan, Sungai Lematang Bendungan, Sungai Puntang.
Data hasil pemantauan air sungai itu, didapat dari hasil uji laboratorium, dengan melihat delapan parameter kunci pantauan yang dikeluarkan oleh KLHK. Yakni dari parameter PH (tingkat keasaman), BOD (kandungan oksigen biological), COD kandungan oksigen kimia, TSS (tingkat kekeruhan), DO (kandungan oksigen), NO3 (kandungan nitrat), Total Phosphat (kandungan kealamian sungai) dan
Fecal coliform (kandungan kotoran) alias bakteri E-coli.
Dari delapan parameter itu, ke lima sungai diatas semuanya melebihi batas standar kualitas yang ditetapkan. Pencemaran paling tertinggi berada di parameter Fecal coliform (bakteri E-coli). Seperti Sungai Lawai, jika standarnya diangka 1.000, hasil lab menyatakan fecal coli di Sungai Lawai berada diangka 1.200. TSS dengan standar 50, hasil pemantauan diangka 87.
Sedangkan untuk Sungai Tabu, Fecal Coli diangka 2.900, TSS 98.9. Sungai Kungkilan, Fecal Coli mencapai 2.900, TSS 617. Sungai Puntang, Fecal Coli 2.200, TSS 79. Sungai Lematang, Fecal Coli diangka standar, 1.000, TSS diangka 6.3.
“Itu data tahun 2022 lalu, untuk tahun ini sample air baru kita bawa ke laboratorium di Kabupaten Muara Enim, karena alat di laboratorium kita tengah rusak,” terang Pejabat Fungsional Pedal, Khairul Hakim.
Khairul menjelaskan, momen pengambilan data juga mempengaruhi hasil uji yang didapat. Kabupaten Lahat baru mampu lakukan dua kali pemantauan, yakni pada musim penghujan dan musim kemarau. Seharusnya ada juga pemantauan di musim pancaroba, namun tidak bisa dilakukan karena keterbatasan anggaran.
“Di musim hujan, TSS (kekeruhan) memang terdampak, apalagi yang berada di hilir sektor pertanian dan pertambangan. Tapi bakteri E-coli berkurang. Sedangkan di musim kemarau mala terbalik, bakteri E-coli mala meningkat. Aktivitas warga yang banyak mencuci pakaian dan BAB di sungai, jadi penyebabnya,” jelas Khairul. (mala)