Lahat, lahatsatu.id – Pemkab Lahat mengumumkan target ambisius untuk melibatkan 113 desa dalam Program Kampung Iklim (Proklim) pada tahun 2025. Langkah ini merupakan bagian dari upaya besar-besaran untuk menghadapi krisis iklim melalui inovasi berbasis keadilan lingkungan.
Pj Bupati Lahat M Farid, SSTk MSI, melalui Asisten II Ichsan Padli SE MM mengatakan, pada Festival Hari Lingkungan Hidup dan Hutan Sedunia (HHLHS) 2024 ditaman hutan wisata Ribang Kemambang Selasa (2/7), yang bertema “Penyelesaian Krisis Iklim dengan Inovasi Prinsip Keadilan”, Pemkab Lahat menekankan pentingnya kesadaran akan perubahan iklim sebagai hasil dari ketidakbijaksanaan manusia dalam memperlakukan alam.
“Kabupaten Lahat sebagai daerah tambang terbesar di Sumatera Selatan, menghadapi tantangan besar seperti penggunaan kendaraan bermotor yang masif dan konsumsi air bersih yang boros, yang berkontribusi pada perubahan iklim. Karenanya kedepan prilaku yang baik terhadap alam harus terus dikampanyekan akan lingkungan tetap terjaga,” ujarnya.
Dijelaskannya, dari data yang tercatat di Dinas Lingkungan Hidup (DLH) peningkatan signifikan jumlah desa yang berpartisipasi dalam Proklim, dari 22 desa pada tahun sebelumnya menjadi 62 desa pada tahun 2024 ini, atau peningkatan sebesar 138,5 persen. Targetnya adalah pada tahun 2025, sebanyak 113 desa atau 33 persen dari seluruh desa di Lahat harus mengikuti program ini.
“Selain itu, pada tahun 2024, Pemkab Lahat akan melaksanakan sosialisasi kepada seluruh sekolah untuk mendorong partisipasi dalam program Adiwiyata, dengan harapan banyak sekolah akan terlibat pada tahun 2026,”imbuhnya.
Sementara itu, Kadis DLH kabupaten Lahat Ir Agus Salman menuturkan, festival HLHS 2024 juga menjadi momentum penting untuk mengajak masyarakat mengubah perilaku terhadap lingkungan hidup. Salah satu langkah nyata yang ditekankan adalah dengan menanam pohon, sebagai simbol komitmen untuk menjaga dan memperbaiki lingkungan.
Dengan langkah-langkah ini, Pemkab Lahat melalui bertekad untuk memimpin perubahan positif dalam mengatasi krisis iklim, mengedukasi masyarakat, dan mengembangkan praktik berkelanjutan untuk masa depan yang lebih baik,”pungkasnya.(*)