Lahatsatu.id – Hari Kartini Menjadi titik balik kebangkitan kaum wanita di Indonesia. Saat segala gerak wanita hanya dibatasi di dalam rumah tangga yang hanya menjadi objek pelengkap di ranah rumah tangga, lahirlah seorang kartini yang perlahan tapi pasti senggerus benteng budaya yang menempatkan wanita hanya dalam rumah.
Dimulai dengan kegemaranya belajar Kartini kecil pun belajar menulis dan membaca, dimana hal tersebut harusnya tidak dilakukan oleh kaum wanita dari kalangan manapun. Namun kecintaan Kartini akan ilmu pengetahuan dan pergaulan yang lebih luar karena ia terlahir dari kaum priyayi masa itu, hingga ia memiliki sahabat warga negara Belanda. Dengan kemampuan baca tulisnya ia berkirim surat dengan sahabatnya dari Belanda.
Kemampuan baca tulis Kartini membawa ia menjadi wanita memiliki pengetahuan yang luas, tidak hanya belajar sendiri ia pun mengajarkan baca tulis untuk kaum wanita di sekitarnya. Surat surat pribadinya untuk sahabatnya itu yang saat ini dikenal dengan judul buku habis gelap terbitlah terang.
Pembangkangam Kartini dalam masa itu membuahkan hasil yang sangat baik bagi wanita masa kini di negeri Indonesia, saat ini kaum wanita diberikan kesempatan yang sama dalam mengakses pendidikan, kesempatan berkarir, dan lainya.
Kartini menjadi simbol bahwa kaum wanita bisa seiring sejalan dengan kaum laki laki di segala bidang. Kesempatan untuk mengakses pendidikan yang sama menjadikan banyak kaum wanita yang bisa menjalakan peran di dalam masyarakat dengan karirnya dan juga menjalankan peran dalam rumah tangganya.
Salah satu profil wanita yang berhasil menselaraskan dua peran di masa ini, yaitu Helida seorang Notaris terkenal di Bumi Seganti Setungguan dengan dua peran yang selaras sebagai istri dan ibu dua orang anak serta karier sebagai Notaris.
Namun tidak hanya dua peran tersebut yang ia mainkan, melainkan juga aktif di berbagai organisasi kemasyarakatan ataupun profesi.
Diantaranya sebagai pengurus wilayah IPPAT SumSel, pengurus DPD IWAPI Sumsel, Sekretaris Pengda IPPAT MP2EL, Ketua ILDI Lahat, Pengurus Aisyiyah Kabupaten Lahat dan
Pengurus IIMEPI (Ikatan Istri Medco Energi).
Wanita Kelahiran tahun 1983 ini merasa bersyukur atas amanah yang diberikan baik di keluarga maupun dalam pekerjaan. Adapun peran dalam organisasi kemasyarakat salah satu bentuk saya dalam mengabdi untuk masyarakat.
“Organisasi membuat saya bisa berkontribusi untuk masyarakat,” ungkap istri dari Inawan.
Sesibuknya Helida Iqbal sebagai seorang wanita dalam menjalankan peran sebagai profesional. Kesibukan dalam berorganisasi namun tetap tidak melupakan kodratnya wanita.
Helida Merupakan salah satu wanita yang di era emansipasi wanita menunjukkan bahwa perempuan juga berhak berkarier dan mendapatkan pendidikan yang sama dengan kaum lelaki. Dapat beraktivitas dan bekerja tanpa menghilangkan kodrat alamiah sebagai perempuan, yakni kodrat sebagai istri, ibu, dan sebagai perempuan yang tetap tidak dapat disamakan dengan laki-laki.(*)